sejarah SAKAL

 Sejarah singkat dan Perkembangannya
Nun….walqalami wama yasthurun…..begitulah bunyi kalam Ilahi. sang Maha Indah telah menunjukkan janjinya terhadap pena dan tulisan. Karena betapa banyaknya insan yang bahagia hanya dengan tangan-tanganya yang kreatif. Mampu menjadikan sebuah karya yang bisa dinilai dan bermutu. Sejenak kita menelisik proses perjuangan yang begitu lama sehingga terbentuknya wahana kreatifitas bagi insan Muslim yaitu SAKAL (Sekolah Kaligrafi al-Qur’an)
Berawal dari niat yang kuat, hati yang selalu mengharap Ridho-Nya serta keinginan untuk melestarikan seni kaligrafi Islam. Di Denanyar, di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif tepatnya di Asrama Sunan Ampel. Telah berdiri AKSARA (Asosiasi Kaligrafer Sunan Ampel Raya) pada bulan Mei sekitar tahun 2001. AKSARA merupakan sanggar kecil kaligrafi yang didirikan oleh 3 pribadi yang berbeda, mereka lebih dikenal sebagai kaligrafer di lingkungannya. mereka adalah Ustad Athoillah, Ustad Rosikhin, dan Ustad Sumarsono. Meski begitu, mereka mempunyai tujuan yang mulia yakni ingin melestarikan seni kaligrafi melalui AKSARA
Dalam perkembangannya, AKSARA belum begitu ideal dikatakan sebagai sanggar kaligrafi, hal ini karena selain tempat yang masih belum jelas, kurikulum pelajarannya juga masih mencari bentuk yang relevan, konsep KBMnya pun masih belum begitu terstruktur. Meskipun demikian, patut dibanggakan sekian lamanya AKSARA berdiri, telah mampu menghasilkan kaligrafer-kaligrafer muda yang cukup potensial, mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. tidak hanya itu, hampir setiap ada perlombaan kaligrafi, mereka selalu aktif baik sebagai peserta maupun sebagai panitia. Baik ditingkat lokal maupun di MTQ tingkat Jawa Timur. Sehingga telah banyak koleksi trophy yang didapat. Sangat ironis memang jika AKSARA hanya berorientasi pada hasil. Hakikatnya bukan Juara atau hasil terbaik yang ingin dicapai, akan tetapi proses belajar kaligrafilah yang diharapkan mampu membentuk pribadi-pribadi muslim yang berguna bagi masyarakat, Nusa dan Bangsanya.
Dari sinilah, AKSARA telah memberikan banyak pelajaran berharga bukan hanya untuk para alumninya akan tetapi yang lebih khusus pada pendirinya. Sehingga masih butuh banyak perbaikan kaitannya dalam konsep kurikulum dan KBMnya. Maka muncullah sebuah ide untuk mendirikan wahana yang lebih baik dan terstruktur dengan baik. Tiada lain terbentuknya Sekolah Kaligrafi al-Qur’an yang disingkat dengan SAKAL.
SAKAL, cikal bakal sebuah pendidikan Kaligrafi di Indonesia, lahir dari sebuah pergulatan pemikiran yang sarat dengan nilai-nilai dan cita-cita yang luhur. Kehadirannya diharapkan tidak hanya untuk melestarikan seni kaligrafi, akan tetapi juga turut berperan penting sebagai stimulator yang memacu meningkatkan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam seni kaligrafi. SAKAL didirikan pada tahun 2008 dan baru diresmikan pada tahun 2009. SAKAL berada dibawah naungan asrama Sunan Ampel PP. mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. SAKAL layaknya sebuah Lembaga Pendidikan pada umumnya. Karena sudah mempunyai kurikulum tersendiri dan konsep KBM yang terstruktur. Akan tetapi SAKAL bercirikhas pembelajaran Kaligrafi. Sehingga hampir setiap kurikulumnya diisi dengan materi-materi pelajaran yang mendukung dalam menulis kaligrafi dengan benar, baik dan indah. Maka muncullah pembelajaran imlak, bahasa arab, sejarah kaligrafi, kaidah-kaidah kaligrafi. Dan yang terpenting adalah diharapkan siswa tidak hanya mampu dalam ranah kognitif akan tetapi dalam ranah afektif dan psikomotorik.
Dalam perkembangannya, Pada priode awal ini, SAKAL masih membuka kelas I dan saat ini jumlah siswanya 7 orang. meskipun masih berusia belum genap setahun, prestasi yang ditorehkan cukup menggembirakan, karena telah mampu mengirimkan siswanya dalam perlombaan dan selalu mendapatkan nomor. Tidak hanya itu dalam MTQ 2009 di Jember SAKAL telah membuktikan dirinya dikancah Jawa Timur. dari 3 cabang yang dilombakan naskah, mushaf maupun dekorasi. Semuanya masuk dalam 10 besar. Yang lebih menonjol memang pada cabang Naskah, SAKAL (Jombang) mendapatkan Juara III. Dan selayaknya hasil tersebut patut disyukuri meski tidak menjadi yang terbaik.
Selanjutnya, diharapkan masa depan SAKAL lebih baik lagi dan terus melakukan perbaikan-perbaikan dengan terus mencari inovasi-inovasi bagi perkembangan SAKAL. Terutama dibidang tehnolgi dan informasi. Dan hal ini membutuhkan kerjasama dan dukungan baik dari kalangan pesantren maupun masyarakat sekelilingnya.